KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur
kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mah Esa yang telah memberikan hidayah
sehingga penulis dapat menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Analisis Anak
Usia Dini.
Ucapan terima
kasih penulis sampaikan kepada Dosen mata Kuliah Analisis Anak Usia Dini yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun makalah Penghambat Pembelajaran anak Usia Dini.
Penulis berharap
emoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat menjadi tititk tolak penulis
untuk lebih maju dan bersungguh-sungguh.Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca.
Wassalamualaikum wr.wb
Majalengka,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Belajar
merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan terjadi secara terus-menerus.
Belajar sangat penting, namun dalam kenyataannya sering muncul permasalahan
atau hambatan dalam belajar.Hambatan tersebut dapat berasal dari dalam diri
anak maupun dari luar. Dengan adanya hambatan tersebut akan mempersulit anak
untuk mancapai hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu, harus ada solusi
untuk mengatasi hambatan yang muncul dalam belajar pada anak.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan
memperhatikan latar belakang masalah yang ada, makalah ini mengulas
permasalahan tersebut. Pokok masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut.
- Apa saja yang merupakan faktor
penghambat dalam belajar pada anak?
- Bagaimana cara mengatasi
hambatan belajar pada anak?
1.3Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah ini adalah sebagai berikut.
- Mendeskripsikan faktor
penghambat dalam belajar pada anak.
- Mendeskripsikan cara mengatasi
hambatan belajar pada anak.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Faktor Penghambat Belajar
Secara umum
faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar anak dibedakan menjadi faktor
internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebutlah yang mempengaruhi hasil
belajar anak. Berikut akan diuraikan tentang kedua faktor penghambat belajar.
2.2 Faktor Internal
Faktor
internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
mempengaruhi hasil belajar individu.Faktor internal meliputi faktor fisiologis
dan biologis serta faktor psikologis.
- Faktor fisiologis dan biologis
Masa peka
merupakan masa mulai berfungsinya factor fisiologis pada tubuh manusia.Faktor
fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor
ini dibedakan menjadi 2, yaitu:
–
Keadaan tonus jasmani
Keadaan
tonus jasmani sangat mempengaruhi aktivitas belajar anak. Kondisi fisik yang
sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap proses belajar.
Sedangkan kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil
belajar yang maksimal.
–
Keadaan fungsi jasmani atau fisiologis
Selama
proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada anak sangat
mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indera. Panca indera yang berfungsi
dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar.
Anak yang
memiliki kecacatan fisik (panca indera atau fisik) tidak akan dapat mencapai
hasil belajar yang maksimal. Meskipun juga ada anak yang memiliki kecacatan
fisik namun nilai akademiknya memuaskan. Kecacatan yang diderita anak akan
mempengaruhi psikologisnya, diantaranya:
2
–
sulit bergaul karena memiliki perasaan malu dan minder akan
kekurangannya,
– ada
perasaan takut diejek teman,
–
merasa tidak sempurna dibandingkan dengan teman-teman lain.
Perasaan
yang menghantui anak dapat membuat prestasinya menurun.Namun ada juga anak yang
menjadikan kekurangannya sebagai motivasi untuk maju.Cacat fisik membuat anak
tidak dapat malakukan aktivitas belajar di sekolah dengan baik, sehingga perlu
disediakan sekolah yang bisa menampungnya sesuai dengan cacat yang
disandang.Misalnya bagi penyandang tuna netra bersekolah di SLBA, tuna rungu
bersekolah di SLBB, dan sebagainya.
2.3 Faktor psikologis
Faktor
psikologis adalah faktor yang berasal dari keadaan psikologis anak yang dapat
mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis utama yang mempengaruhi
proses belajar anak adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
– Kecerdasan/
intelegensi siswa
Pada umumnya
kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan
atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan
demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi
juga organ tubuh lainnya.Namun bila dikaitan dengan kecerdasan, tentunya otak
merupakan organ yang penting dibandingkan dengan organ lain, karena fungsi otak
itu sebagai organ pengendali tertinggi dari seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan
merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar anak,
karena menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi intelegensi
seorang individu, semakin besar peluang individu untuk meraih sukses dalam
belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain seperti orang
tua, guru,dan sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai
kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu
dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga mereka dapat memahami
tingkat kecerdasannya.
3
Para ahli
membagi tingkatan IQ menjadi bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan
tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan
Merill sebagai berikut (Fudyartanto 2002):
Tingkat
Kecerdasan (IQ)
|
Klasifikasi
|
140-169
|
amat
superior
|
120-139
|
superior
|
110-119
|
rata-rata
tingi
|
90-109
|
rata-rata
|
80-89
|
rata-rata
rendah
|
70-79
|
batas
lemah mental
|
20-69
|
lemah
mental
|
Pemahaman
tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh orang tua dan guru atau
pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau
psikiater.Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan
yang mana.Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang
sangat berharga untuk memprediksi kemampuan belajar seseorang. Pemahaman
terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan
merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.
– Motivasi
Motivasi
adalah salah satu factor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar
siswa.Motivasi yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli
psikologi mendefisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang
aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin,
1994). Motivasi diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan
terhadap intensitas dan perilaku seseorang.
4
Keseluruhan
daya penggerak psikis dalam diri anak yang menimbulkan kegiatan belajar,
menjamin kelangsungan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar itu demi
mencapai motivasi belajar. Dari sumbernya motivasi dibedakan menjadi: motivasi
ekstrinsik dan motivasi intrinsik.
Motivasi intrinsik adalah semua factor yang
berasal dari dalam individu
dan memberikan dorongan untuk melakukan
sesuatu. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak
tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).
Menurut
Arden N. frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk
belajar antara lain:
- Dorongan ingin tahu dan ingin
menyelidiki dunia yang lebih luas
- Adanya sifat positif dan kreatif
yang ada pada manusia dan kegiatan untuk maju.
- Adanya keinginan untuk mancapai
prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting. Misalnya:
orang tua, saudara, guru, teman, dan sebagainya.
- Adanya kebutuhan untuk menguasai
ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain.
Motivasi
ekstrinsik adalah anak memulai dan meneruskan kegiatan belajar berdasarkan
kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaian dengan kegiatan
belajar itu sendiri. Yang tergolong bentuk motivasi belajar ekstrinsik antara
lain:
- Balajar demi memenuhi kewajiban.
- Menghindari hukuman.
- Memperoleh hadiah material yang
telah dijanjikan oleh orang tua.
- Meningkatkan gengsi dari orang
lain.
- Memperoleh pujian dari orang
lain.
- Tuntutan jabatan yang
diinginkan.
Bentuk
motivasi belajar intrinsik dapat ditingkatkan menjadi motivasi berprestasi,
yaitu daya penggerak dalam diri siswa untuk mencapai taraf prestasi belajar
yang setinggi mungkin, demi penghargaan kepada diri sendiri.Jadi hasrat
berprestasi tinggi bukan menurut ukuran dan pandangan sendiri.
5
– Minat
Secara
sederhana minat merupakan kecenderungan kegairahan yang tinggi atau besar
terhadap sesuatu.Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang populer
dalam psikologi karena disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor
internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keinginan, motivasi, dan
kebutuhan.
Namun lepas
dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena
memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau
bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas,
seorang guru atau pendidik perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik
terhadap materi pelajaran yang akan disampaikan dengan cara.
Membuat
menarik materi
Materi bisa
dibuat menarik melalui bentuk buku materi, desain pembelajaran, melibatkan
seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa
menjadi aktif, dan guru juga harus memperhatikan performansi saat mengajar.
Pemilihan
jurusan atau bidang sekolah
Pemilihan
sebaiknya diserahkan pada siswa, sesuai dengan minatnya.
–
Sikap
Dalam proses
belajar sikap dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajar. Sikap adalah
gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi
atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa
dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Shay,2003).
Sikap siswa
dalam belajar dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan
guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya.Dan untuk mengantisipasi munculnya
sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru
yang profesional dan bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan
profesionalitas seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi
siswanya, berusaha mengembang kepribadian sebagai seorang guru yang empatik,
sabar, dan tulus kepada muridnya, berusaha untuk menyajikan pelajaran yang
diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti
pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan, meyakinkan siswa bahwa bidang
studi yang dipelajarinya bermanfaat bagi siswa.
6
– Bakat
Faktor
psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum
bakat didefisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaian dengan
belajar, Slavin(1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki
seseorang siswa untuk belajar. Dengan demikian bakat adalah kemampuan seseorang
menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang.
Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka
bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan
berhasil.
Pada
dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi
belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing.Karena itu bakat juga
diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakuakan tugas tertentu
tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai
bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasi yang berhubungan dengan
bakat yang dimilikinya. Misalnya siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih
mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.
Selain itu
yang menjadi faktor psikologis lainnya adalah disiplin.Disiplin diri adalah
kemampuan diri yang kuat untuk mempertahankan diri dari bermacam-macam gangguan
dalam belajar. Misal, seorang anak akan tetap belajar walaupun ada acara
televisi yang menarik.
2.4 Faktor Eksternal
Selain
faktor internal, faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar anak.
Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi faktor
lingkungan sosial dan non-sosial (Syah, 2003):
Lingkungan
sosial
Lingkungan
sosial anak dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar. Linkungan sosial
dibagi manjadi tiga, yaitu:
Lingkungan
sosial sekolah
Pendidikan
di sekolah bukan sekedar bertujuan untuk melatih siswa supaya “siap pakai”
untuk kerja atau mampu meneruskan ke jenjang pendidikan berikutnya atau mencapai
angka rapor, melainkan untuk membentuk peserta didik manjadi manusia sejati.
Proses pembentukan manusia sejati sudah mulai sejak anak hidup dalam keluarga,
kemudian dilanjutkan di sekolah, di masyarakat, di dunia kerja dan di
lingkungan sekitar.
7
Di sekolah,
untuk membentuk manusia sejati ada salah satu harapan dari pendidik yaitu Self
Regulated Learner (SRL).SLR adalah murid-murid yang memiliki kemampuan belajar
tinggi dan disiplin sehingga mereka membuat belajar itu lebih mudah dan
menyenangkan. Namun harapan itu tidak akan terwujud jika lingkungan sekolah
seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas tidak mendukung.
Faktor-faktor yang dapat menghambat anak belajar di sekolah adalah:
- Metode mengajar
Dalam
mengajar guru memerlukan metode yang cocok.Metode ini dimaksudkan agar materi
yang disampaikan oleh guru terasa menarik dan siswa mudah menyerapnya.
- Kurikulum
Kurikulum
yang kurang tepat dapat menjadi salah satu faktor yang dapat menimbulkan
kesukaran belajar. Kurikulum sangat penting dan selalu ada dalam sebuah
instansi pendidikan.Kurikulum pendidikan harus disesuaikan dengan perkembangan
psikologi anak.
- Penerapan disiplin
Disiplin
dalam sebuah sekolah sangat diperlukan untuk meengontrol kegiatan siswa di
sekolah. Namun kedisiplinan yang terlalu ketat akan membuat siswa merasa
terkekang dan merasa ruang geraknya dibatasi.
- Hubungan siswa dengan guru
maupun teman
Suasana
sebuah kelas didukung oleh peran guru dan anggota kelas. Jika suasana kelas
tidak mendukung, maka dapat menghambat proses belajar anak. Hubungan siswa
dengan guru, siswa dengan teman juga perlu dibangun sedemikian rupa sehingga
tercipta suasana ynag baik dan nyaman bagi siswa, sehingga mereka betah menjadi
bagian dari kelas.
- Tugas rumah yang terlalu banyak
Guru
memberikan tugas untuk siswa merupakan hal yang wajar. Tetapi siswa akan merasa
jenuh dengan tugas yang terlalu banyak. Bagi sebagian siswa tugas merupakan
beban. Hal seperti inilah yang akan menghambat proses belajar anak.
- Sarana dan prasarana
Keberhasilan
belajar anak juga didukung oleh sarana dan prasarana yang ada.Sarana dan
prasarana yang memadai juga membantu tercapainya hasil belajar yang maksimal.
8
2.
Lingkungan sosial masyarakat
Kondisi
lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa juga mempengaruhi proses belajar anak.
Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran, dan banyak teman sebaya di
lingkungan yang tidak sekolah dapat menjadi faktor yang menimbulkan kesukaran
belajar bagi siswa. Misalnya siswa tidak memiliki teman belajar dan diskusi
maka akan merasa kesulitan saat akan meminjam buku atau alat belajar yang lain.
3.
Lingkungan keluarga
Keluarga
merupakan tempat pertama kali anak belajar. Oleh karena itu, lingkungan
keluarga sangat mempengaruhi proses belajar anak. Faktor dari keluarga yang
dapat menimbulkan permasalahan belajar anak adalah:
- Pola asuh orang tua
Setiap orang
memiliki pola atau cara yang berbeda dalam mendidik anak. Pola asuh yang selalu
mengekang anak akan membuat anak sulit dan bahkan tidak dapat mengembangkan
kemampuan dan bakat yang dimiliki.
- Hubungan orang tua dan anak
Hubungan
yang tidak harmonis antara orang tua dan anak akan membuat anak tidak betah di
rumah. Dengan begitu anak tidak akan bisa melaksanakan aktivitas belajarnya
dengan baik.
- Keadaan ekonomi keluarga
Meskipun
tidak mutlak, perekonomian keluarga dapat menjadi salah satu penghambat
anak.Ada kemungkinan anak menjadi minder dan malu bergaul dengan teman karena
masalah ekonomi keluarganya. Dengan perasaan minder anak akan mudah
tersinggung, kecil hati, dan sebagainya. Akhirnya hal tersebut akan
mempengaruhi hasil belajar anak.
- Keharmonisan keluarga
Keluarga
yang tidak harmonis akan memberi dampak negatif pada anak dalam belajar.
Pertikaian atau cek-cok ayah dan ibu akan membuat anak merasa terbebani
sehingga anak menjadi kurang semangat dalam belajar.
9
- Kondisi rumah
Kondisi
rumah yang kurang memadai akan membuat anak kesukaran dalam belajar. Letak
rumah juga berpengaruh pada proses belajar anak. Rumah yang terlalu dekat
dengan jalan raya kurang efektif untuk belajar anak.
Teman
sebaya
Teman sebaya
dapat mempengaruhi proses belajar anak, baik teman sebaya dalam lingkup sekolah
maupun tempat tinggal atau masyarakat. Pada usia anak-anak dan remaja, jiwa
yang dimiliki masih labil, emosional, pemarah, dan juga rasa egois sangat
besar. Biasanya tejadi kekerasan di sekolah yang dilakukan oleh teman sebaya
atau kawan bermain.Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan atau bahkan
persaingan yang menimbulkan sikap saling mengejek, mendorong, memukul bahkan
kekerasan verbal.
Kekerasan
sebagai gangguan emosi pada dasarnya tidak hanya menyerang orang lain, tetapi
juga menyerang diri sendiri. Persoalan kekerasan dilihat dari lapangan
psikologi pendidikan mencoba mengarahkan pada lingkungan sekolahtempat anak
belajar berinteraksi dengan teman sebaya.
Interaksi
sosial yang tidak sehat antar teman sebaya di sekolah dipengaruhi faktor
lingkungan dari luar yang dibawa ke sekolah oleh peserta didik yang berujung
pada tindakan kekerasan.Belajar yang tidak menyenangkan juga membuat anak
merasa tertekan dan bertindak nakal.Sebenarnya kekerasan yang terjadi di
kalangan siswa dibentuk dari pengalaman-pengalaman lama.
Teman
sebaya yang seharusnya bisa untuk memperoleh informasi dan perbandingan
tentang dunia sosisal, prinsip keadilan malalui konflik yang terjadi dengan
teman, bisa untuk belajar tentang konsep gender juga dapat berpengaruh negatif
bagi anak. Misalnya kebiasaan-kebiasaan buruk yang dimiliki kawan sebayanya
akan mudah mempengaruhi diri anak. Kebiasaan buruk yang mudah ditiru biasanya
dari ucapan atau tindakan.
Lingkungan
non-sosisal
Faktor yang
termasuk lingkungan non-sosial adalah
Lingkungan
alamiah
Yang
dimaksud dengan lingkungan alamiah adalah kondisi yang segar, tidak panas dan
tidak dingin, sinar tidak terlalu silau, tidak terlalu gelap, dan tenang.
10
- Instrumental
Instrumental
dapat digolongkan dua macam:
Hardware
Yang
termasuk perangkat hard ware adalah gedung sekolah, alat, fasilitas, sarana
prasarana belajar, dan sebagainya.
Software
Yang
termasuk perangkat software dalam pendidikan adalah kurikulum sekolah,
peraturan, buku panduan, silabus, dan sebagainya.
2.5 Cara Mengatasi Hambatan Belajar
Saat timbul hambatan
dalam belajar, hambatan tersebut harus segera diatasi. Dengan diatasi hambatan
tersebut maka proses belajar dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai
hasil belajarr yang maksimal. Cara mengatasi hambatan belajar dapat di mulai
dari diri anak, keluarga, dan sekolah.
Diri anak
1.
Menjaga kesehatan jasmani.
2.
Menumbuhkan rasa percaya diri.
3.
Membangun motivasi diri.
4.
Belajar berinteraksi dengan lingkungan.
5.
Belajar menjaga emosi.
6.
Menerima keadaan (ekonomi, jasmani,dll).
Keluarga
1.
Memberi teladan dalam sikap dan tingkah laku kepada anak.
2.
Menjaga keharmonisan keluarga.
3.
Menyediakan waktu untuk mendampingi anak dalam belajar
4.
Megusahakan kesehatan anak, misalnya dengan makanan bergizi.
11
5.
Melatih anak dengan mengerjakan pekerjaan rumah (menyapu, mencuci piring, dll).
6.
Meminimalkan untuk membandingkan anak dengan anak yang lain.
7.
Mencukupi fasilitas dan saran prasarana belajar.
8.
Mambangun dan memberi motivasi anak.
Sekolah
1.
Guru mangendalikan diri (emosi) saat mengajar.
2.
Guru menjaga kedekatan dengan siswa maupun orangtua siswa.
3.
Guru bersikap adil pada semua siswa.
4.
Guru memberikan motivasi siswa, misalnya dengan pujian, dan sebagainya.
5.
Guru mamberikan teladan yang baik pada siswa.
6.
Guru mengajar dengan menggunakan metode yang menyenangkan.
7.
Guru melihat kelemahan masing-masing siswa, misalnya ada siswa yang cacat
fisik letak posisi duduk di depan.
8.
Guru mamberi tugas sesuai dengan kemampuan siswa.
9.
Lingkungan yang nyaman untuk belajar siswa.
10.
Memberikan kelonggaran tata tertib, namun tetap disiplin.
12
PENUTUP
I.Kesimpulan
Dalam
kegiatan belajar, sering timbul permasalan atau hambatan pada anak.Permasalahan
belajar dapat timbul dari dalam diri anak sendiri (internal) maupun dari luar
(eksternal).Hambatan internal meliputi fisiologis, biologis dan psikologis
anak, mulai dari kecerdasan, motivasi, minat, sampai bakat si anak.Sedangkan
hambatan eksternal meliputi linkungan social maupun lingkungan non-sosial.
Untuk
mencapai hasil belajar yang maksimal, hambatn belajar tersebut harus
diatasi.Berbagai hambatan yang timbul saat belajar dapat diatasi mulai dari
diri anak sendiri, keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat.
II.Saran
Tenaga
pendidik, guru maupun orang tua harus mengerti kemampuan anak.Dalam belajar
anak harus didampingi dan dalam mendidik harus menyesuaikan dengan keadaan
anak.Dalam belajar anak memiliki kebebasan untuk memilih, namun juga harus
mengikuti aturan yang ada.
Untuk siswa
yang mengalami hambatan belajar juga harus sadar dan memiliki semangat untuk
belajar, karena belajar merupakan bekal untuk masa depan. Siswa harus menjaga
kesehatan, hubungan dengan guru, teman, dan keluarga dengan baik agar batin
tidak terbebani sehingga dapat belajar dengan baik.
13
DAFTAR PUSTAKA
Idris, H.
Zahara. 1992. Pengantar
Pendidikan 1. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Koes,
Partowisastro. 1982. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar Jilid 2. Jakarta:
Erlangga
Monks, F. J,
dkk. 1994. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagian.Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Soejanto,
Stefanus Sandjaja. 2005. Bimbingan di Sekolah Dasar: Buku Pegangan
Kuliah Mahasiswa. Semarang: Universitas katolik Soegjapranata.
Sukaji, S.
1998. Keluarga dan Keberhasilan Penelitian. Depok: Undat Fakultas
Psikologi.
Suryabrata,
S. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Yusuf, A.
Muri. 1986. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
14
DAFTAR ISI
KATA PENGANTA R............................................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
BAB 1 Pendahuluan........................................................................................................... 1
1.1
Latar
Belakang Masalah...................................................................................... 1
1.2
Rumusan
Masalah................................................................................................ 1
1.3
Tujuan................................................................................................................... 1
BAB II Pembahasan.......................................................................................................... 2
2.1 Faktor Penghambat Belajar............................................................................... 2
2.2 Faktor Internal.................................................................................................... 2
2.3 Faktor Psikologis................................................................................................. 3
2.4 Faktor Eksternal.................................................................................................. 7
2.5 Cara mengatasi Hambatan Belajar.................................................................... 11
BAB III PENUTUP................................................................................................................. 13
BAB IV kesimpulan dan Saran........................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 14
ii
No comments:
Post a Comment